Friday, June 7, 2013

Posted on 10:43 PM by Unknown

Bumi, Planet Terindah untuk Kita

1368190329298390464
Ranu Kumbolo saat pagi hari.

Pertengahan Nopember 2012
Tiga cewek backpackers ini duduk-duduk sedikit jauh dari tenda yang kami dirikan di pinggir Ranu Kumbolo. Waktu sudah menunjukkan jam delapan malam. Sekalipun di wajahnya nampak lelah, mereka belum mau tidur. Entah apa yang dibicarakan. Aku sebagai pemandu tak mau ikut campur, kecuali mereka memang mengajak bicara. Rasanya mereka sedang menikmati keindahan malam yang bertabur bintang. Sekali-kali mereka menunjuk ke arah salah satu bintang di gugusan Bima Sakti. Salah satu di antara mereka kudengar berkata: “ Andaikata aku bisa tinggal di sana……”
Jam sepuluh malam, mereka mulai tertidur di sleepingbag di depan tenda. Walau rasa ngantuk mulai menyerbu, aku harus menjaga segala kemungkinan yang terjadi pada tiga cewek ini.
“Tidak…tidak…aku tak mau di sini. Aku mau kembali ke bumi……” teriak salah satu cewek sambil bangun dan lari menuju pinggir danau. Aku dan Cak Nur, teman pemandu wisata, langsung berdiri dan mencegah agar tidak mendekati Ranu Kumbolo yang malam itu semakin dingin membeku. Kuambil sedikit air dari botol mineral lalu kucipratkan pada wajah gadis itu, yang langsung tersadar. Ia tampak kaget dan malu, namun toh tetap minta aku mendekapnya. Aku tak menolak, kasihan. Ia seusia putri sulungku. “ Tidurlah……kau terlalu capai,” kataku berbisik.
Heran, kedua cewek temannya sama sekali tak terganggu dan tetap tidur pulas.
1368190401772558558
Gugusan Bima Sakti dilihat dari Ranu Regulo.
Pagi, saat kami sarapan. Dina, cewek yang ngelindur tadi malam menceritakan bahwa dirinya diajak seseorang terbang ke salah satu bintang yang ada di Bima Sakti. Entah, bintang apa namanya. Yang jelas kering kerontang, penuh debu, kering, dan dingin. Di bintang tersebut ia memandang langit dan dilihat sebuah planet biru nan menawan. Temannya yang bersama dia, menyebut planet itu bernama bumi. Seketika itu juga ia mulai sadar bahwa bumi adalah planet yang paling indah. Ia pun segera minta pulang. Namun, ketika ia menoleh ke temannya, ternyata temannya telah terbang kembali ke bumi. Ia pun berteriak-teriak minta jangan ditinggal.
Aku dan Cak Nur hanya tersenyum. Kalian terlalu capai, kataku pada mereka. Pulanglah. Kembali ke Tangerang, ke rumah kalian masing-masing. Nikmati kebahagiaan bersama keluarga. Rumah adalah tempat di mana hati kita tinggal. Berbagi kasihlah di sana.
Di Stasiun Kota Baru, kereta api Gajayana sudah menanti mereka menuju Jakarta. Sebelum berangkat, aku berkata lirih kepada mereka: “Bumi terlalu indah untuk ditinggalkan. Jangan membangun impian di tempat yang jauh dan kering…..” 


1368190487720783734

No Response to " "

Leave A Reply

Powered by Blogger.